Tuesday 29 October 2013

Coretan untuk Rintik Hujan

Datang rintik hujan
Satu demi satu kemudian bertambah banyak
Lagi-lagi langit menangis dan bumi menjadi korbannya
Tapi, mungkin bumi tak merasa terbebani

Ada yang benci kehadiranmu
Namun, ada yang bersyukur ketika kau datang
Dan aku... Termasuk yang mana?
Entahlah, mungkin aku berada di tengah-tengah

Kadang aku bertanya, mengapa kau datang keroyokan?
Apa kau tak punya nyali jika datang sendirian?
Tapi tak apa-apa, akhirnya aku mengerti
Karena aku juga takut jika sendiri

Hei, hujan!
Melodi yang kau buat ketika jatuh ke bumi membuatku tak merasa sepi
Namun, sayang...
Hujan selalu datang disusul rindu pada seseorang

Sunday 27 October 2013

Sedikit Rasa Tak Ingin Pergi

Pernahkah kamu merasakan keinginan yang begitu kuat untuk tidak meninggalkan rumah?
Bagi kalian yang sudah merasakan hidup merantau, pasti tahu rasanya.
Kehidupan di luar tidak seindah apa yang kita bayangkan.
Kebebasan memang ada, namun tantangan dan halangan terasa jauh lebih berat.
Dan ditengah hiruk pikuk menghadapi tantangan berat itulah, rumah akan terasa sebagai tempat yang sangat kita butuhkan.

Bagaimana jika kita sudah mencecap kerasnya hidup sendiri, lalu masuk dan kembali merasakan kenyamanan rumah?
Hahaha, ya. Tentu saja berat untuk kembali meninggalkan tempat aman tersebut.
Apalagi jika di rumah inilah kita mendapat segala hal yang kita butuhkan, bahkan segala yang kita inginkan.

Bukan karena saya tidak suka hidup di luar, hanya sedikit membutuhkan rasa tenang saat hidup di rumah.
Mungkin hal ini tidak terjadi pada setiap orang. Bahkan mungkin hanya terjadi pada saya, yang merasa nyaman jika berada di tempat yang aman.


"Merantaulah, dengan begitu kamu akan tahu mengapa kamu harus pulang." - @sccf_ugm

Tuesday 22 October 2013

Menggugat Pers dan Negara #bridgingcourse

Seperti yang kita ketahui, penguasaan media oleh segelintir orang menimbulkan independensi pers yang nampaknya sangat berpengaruh dalam berbagai bidang, terutama politik, menjelang Pemilu 2014 mendatang. Beberapa media besar dikuasai oleh pihak-pihak yang juga ambil peran dalam kehidupan politik di Indonesia. Gugatan Presiden SBY yang meminta kepada manajemen media agar memberi ruang yang sama besar bagi semua peserta pemilu ternyata tidak cukup untuk membenahi independensi pers yang telah terjadi. Gugatan tersebut seharusnya juga ditujukan kepada negara, yaitu regulator media, dan pemerintah yang memegang andil besar dalam pengaturan kepemilikan media.

Kemajuan kehidupan media Indonesia cenderung kurang memuaskan. Peredaran media cetak seperti surat kabar dan majalah, yang dikatakan media nomor satu, juga belum memenuhi standar minimal UNESCO. Belum lagi televisi swasta di Indonesia memiliki konten yang homogen serta berorientasi pada kehidupan penduduk urban. Sedangkan untuk radio yang jangkauannya paling luas, sudah memiliki keberagaman yang cukup baik dalam segi isi maupun kepemilikan.

Untuk media yang tidak menggunakan wilayah publik/frekuensi seperti surat kabar dan majalah di Indonesia diawasi oleh Dewan Pers yang bertugas untuk meningkatkan mutu dunia pers. Sayangnya, Dewan Pers cenderung kurang tegas dalam menyelesaikan sengketa serta belum menyediakan sarana untuk mengetahui kualitas masing-masing media.

Sedangkan untuk media yang menggunakan wilayah publik/frekuensi seperti radio dan televisi lebih dibatasi dalam segi isi dan kepemilikan. Jika media elektronik mengandung unsur yang tidak netral maka dapat diberi sanksi oleh regulator penyiaran di Indonesia yakni Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Kementrian Kominfo, dan Bapepam-LK. Namun, seharusnya ketegasan yang diberikan tak hanya menyangkut isi namun juga persoalan kepemilikan yang sekarang terkonsentrasi pada segelintir pihak.

Berbagai perbaikan perlu dilakukan agar dunia pers Indonesia dapat menjadi lebih netral dan tidak dikuasai oleh kapitalisme. Perbaikan tersebut tak hanya dilakukan oleh pemilik media namun juga regulator media yang harus menegakkan hukum agar independensi media tidak berlarut-larut dan membawa ke arah yang negatif.



Tulisan ini merupakan resume dari karya Amir Effendi Siregar yang berjudul Menggugat Pers dan Negara yang diterbitkan pada harian Kompas, 18 April 2013 pada kolom Opini.

Saturday 19 October 2013

Ini Tulisan Kosong

Sedang menulis
Mengerjakan tugas yang sepertinya mudah, namun ternyata susah
Tak ada inspirasi, pikiran seperti tak berisi
Duduk dua jam, logika masih buram
Dan di luar mendung, lalu turun hujan
Tapi masih bingung, tak menemukan jawaban
Ah sudahlah


Ini tulisan kosong

Thursday 10 October 2013

Kampusku Istanaku #bridgingcourse

Gedung Kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) termasuk salah satu bangunan yang mudah dicari di Universitas Gadjah Mada (UGM). Letaknya yang sangat dekat dengan gedung pusat yaitu Gedung Rektorat dan Grha Sabha Pramana (GSP) memungkinkan bagi siapa saja untuk mencari Kampus FISIPOL dengan mudah. Sebenarnya, Kampus FISIPOL terdiri atas dua bangunan yaitu Kampus Bulaksumur dan Sekip. Tetapi sebagian besar jurusan di FISIPOL, termasuk Ilmu Komunikasi, sudah menempati bangunan baru yaitu Kampus Bulaksumur yang memiliki dua bagian utama yaitu Gedung BA dan Gedung BG, dan inilah yang akan saya bahas lebih lengkap dalam uraian di bawah ini.

Sedangkan Gedung BA adalah bangunan baru yang cukup luas dan megah. Di tengah-tengah Gedung BA, terdapat halaman yang ditumbuhi banyak pohon sehingga membuatnya terasa sejuk, tempat ini biasa disebut Sansiro. Pada bagian barat Sansiro dapat kita jumpai hall sangat luas yang biasa disebut Selasar Barat, di tempat inilah mahasiswa FISIPOL biasa berkumpul untuk mengadakan rapat atau sekedar nongkrong bersama. Sedangkan di sebelah selatan Sansiro terdapat Kantin FISIPOL yang teduh, sayangnya saat ini kantin tersebut sedang vakum dan belum dapat digunakan. Diatas kantin dapat kita jumpai Sekretariat Dewan Mahasiswa (DEMA) yang merupakan markas bagi berbagai UKMF di FISIPOL. Untuk bagian utara Sansiro adalah kelas-kelas yang biasa digunakan untuk proses perkuliahan. Gedung yang terdiri dari 5 lantai ini dilengkapi dengan fasilitas WiFi untuk memudahkan para mahasiswa mengakses informasi. Selain itu, basement yang luas digunakan sebagai parkiran motor hingga para penghuni Kampus FISIPOL tidak bingung lagi di mana harus memarkirkan motornya pada tempat yang aman dan teduh.

Pada saat peresmian Gedung BG, mulanya digunakan untuk kelas kuliah dua fakultas yaitu Fakultas Hukum dan FISIPOL. Gedung BG berada di sebelah tenggara Gedung BA, bersebelahan dengan Mushola FISIPOL. Pada lantai dasar Gedung BG terdapat sebuah hall yang biasanya disebut Selasar Timur, tempat ini dilengkapi dengan banyak kursi dan meja yang membuat mahasiswa menjadi nyaman untuk mengerjakan tugas di tempat tersebut. Walaupun Gedung BG tidaklah merupakan bangunan baru seperti halnya Gedung BA, namun tempat ini cukup nyaman bila digunakan untuk proses perkuliahan. Selain itu, di Gedung BG masih menggunakan kursi dan meja yang terbuat dari kayu sehingga lebih luas dan fleksibel.

Atmosfer di Gedung BA dan Gedung BG sangatlah menyenangkan karena tempat yang teduh dilengkapi dengan banyak pohon, ditambah lagi tingkah laku para mahasiswa yang menghiasi gedung tersebut. Di tempat-tempat seperti Selasar Barat dan Selasar Timur akan banyak kita jumpai mahasiswa-mahasiswa yang berkumpul dalam kelompok besar maupun kecil sedang melakukan diskusi ataupun hanya obrolan ringan dan candaan bersama, hal ini menambah keceriaan tersendiri di Kampus FISIPOL. Dari apa yang saya deskripsikan diatas, dapat disimpulkan bahwa Kampus FISIPOL adalah tempat yang sangat mendukung untuk proses perkuliahan. Itulah yang menyebabkan saya sangat menyukai kampus ini dan betah berlama-lama berada disini.

Tuesday 8 October 2013

Kotaku yang Kucinta #bridgingcourse

Semarang adalah kota di mana saya tinggal selama 17 tahun terakhir ini sebelum akhirnya saya memutuskan untuk menuntut ilmu di kota pelajar. Tempat yang sekarang menjadi ibukota Provinsi Jawa Tengah ini mulanya berawal dari suatu daerah bernama Pragota (yang sekarang menjadi Bergota) yang pada abad ke-15 diduduki oleh utusan dari Kerajaan Demak yaitu Kyai Ageng Pandanaran. Dari yang mulanya menyebarkan agama Islam, Kyai Ageng Pandanaran mulai memajukan daerah tersebut hingga akhirnya menjadi subur dan bermunculan pohon asam yang arang (bahasa Jawa: Asem Arang), sehingga memberikan nama daerah itu menjadi Semarang. Pada masa kekuasaan Ki Ageng Pandanaran, putra dari Kyai Ageng Pandanaran, daerah Semarang semakin berkembang hingga akhirnya disahkan sebagai sebuah Kabupaten oleh Sultan Hadiwijaya pada tanggal 2 Mei 1547 bertepatan dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW. Dan sampai sekarang, tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai hari jadi Kota Semarang.


Selain sejarah yang unik, Kota Semarang juga memiliki banyak ciri khas terutama dalam bidang pariwisata dan kuliner. Untuk tempat wisata, kawasan Kota Lama, Lawang Sewu, dan Sam Poo Kong adalah tujuan yang wajib dikunjungi. Tempat-tempat tersebut memiliki nilai sejarah yang menarik sekaligus nilai estetika yang khas sehingga kerap kali digunakan sebagai objek pemotretan. Untuk kuliner, menu khas yang menjadi juara untuk dibawa sebagai buah tangan adalah bandeng presto. Di sepanjang Jalan Pandanaran dapat kita lihat berbagai pusat oleh-oleh yang menyediakan bandeng duri lunak ini. Selain itu, jajanan yang khas dan favorit adalah lunpia yaitu makanan ringan yang terbuat dari rebung yang digulung menggunakan kulit crispy seperti pangsit. Karena sangat terkenal akan lunpianya, bahkan jajanan tersebut menjadi trademark Kota Semarang hingga dijuluki sebagai Kota Lunpia. Selain Kota Lunpia, julukan lain bagi Semarang adalah Kota ATLAS yang merupakan akronim dari Aman, Tertib, Lancar, Asri, dan Sehat.

Letaknya yang ada di dekat laut membuat Kota Semarang memiliki pelabuhan di tepi pantai dan daerah dataran rendah yang cukup luas. Daerah dataran rendah berada di utara Kota Semarang seluas 4 kilometer dari tepi pantai, sedangkan sisanya di selatan adalah dataran yang agak tinggi. Namun, keberadaan dataran rendah yang luas inilah menyebabkan kota ini acap kali dilanda banjir atau luapan air laut (rob) di berbagai daerah tertentu. Selain itu, kondisinya yang dekat dengan laut membuat berbagai daerah di Kota Semarang memiliki suhu udara yang tinggi dan kering terutama di siang hari.

Dalam bidang pembangunan infrastruktur, Kota Semarang mungkin masih kalah jika disandingkan dengan ibukota provinsi-provinsi lain di Pulau Jawa seperti Bandung dan Surabaya, namun dari segi keamanan dan kenyamanan sebagai tempat tinggal, Kota Semarang masih menjadi unggulan. Kemacetan yang terjadi tidak separah kota-kota besar lainnya dan hanya terjadi pada jam-jam tertentu seperti waktu berangkat atau pulang kantor. Selain itu, mudahnya akses transportasi juga merupakan faktor mengapa Kota Semarang tetap menjadi pilihan.

Perasaan nyaman yang saya dapatkan selama hidup di Kota Semarang membuat saya tidak mudah melupakan kota ini. Walau memiliki beberapa kekurangan, kota ini tetap menjadi kebanggaan karena kelebihan-kelebihan lainnya yang dapat menutupi kekurangan tersebut. Kota Semarang dapat menjadi lebih baik lagi jika kita sebagai warganya senantiasa menjaga dan merawat terutama dalam bidang kebersihan dan pengolahan sampah agar tidak menghambat saluran pembuangan air dan nantinya menyebabkan rob. Selain itu, pembangunan untuk perbaikan infrastruktur harus terus dilakukan agar Kota Semarang dapat terus berkembang menjadi lebih baik dan sesuai dengan julukannya yaitu kota yang aman, tertib, lancar, asri, dan sehat.